Menu Sidebar Widget Area

This is an example widget to show how the Menu Sidebar Widget Area looks by default. You can add custom widgets from the widgets in the admin.

Kepulauan Alor

Kalau ada satu tempat yang bisa bikin aku kehabisan kata-kata saking indahnya, itu ya Kepulauan Alor. Bayangin aja: laut sebening kaca, bukit-bukit hijau yang kayak dilukis Tuhan pas lagi senang, dan budaya lokal yang masih kuat banget auranya. Jujur ya, waktu pertama kali ke Alor, aku gak nyangka Indonesia punya permata seindah ini yang… ironisnya, gak banyak orang tahu.

Sebelumnya aku cuma tahu Travel Alor dari cerita temen backpacker. Katanya, “Kalau mau diving yang beneran ‘menyelam ke dunia lain’, coba ke Alor.” Awalnya kupikir itu lebay. Tapi setelah aku beneran ke sana, duh… aku yang akhirnya merasa lebay sendiri karena baru tahu tempat sekeren ini sekarang.

Keindahan Alor yang Susah Dilukiskan Kata-Kata

Ekspedisi Pulau Alor

Aku sampai mikir dua kali sebelum nulis bagian ini. Soalnya gimana ya, kata “indah” tuh kayaknya gak cukup buat ngegambarin Alor Wikipedia.

Pertama, lautnya. Gila, ini laut bisa ngaca. Serius. Pas aku naik perahu ke Pulau Ternate (bukan Ternate di Maluku ya, ini Ternate-nya Alor), aku bisa lihat dasar laut sejernih itu sampai-sampai pengen nyebur aja terus. Warna airnya gradasi antara turquoise, biru tua, dan kadang kehijauan tergantung cahaya matahari.

Kedua, pantainya. Favoritku itu Pantai Mali. Pasir putihnya bersih, dan hampir gak ada sampah. Aku waktu itu dateng pas weekday, dan literally cuma ada dua keluarga lokal yang lagi piknik. Damai banget. Rasanya kayak pantai pribadi.

Ketiga, dan ini yang bikin aku mikir keras: gunung dan perbukitannya. Kepulauan Alor bukan cuma soal pantai dan laut. Kalau kamu pernah naik motor keliling Kota Kalabahi sampai pelosok desa, kamu bakal lihat lanskap yang berubah-ubah. Dari savana yang kekuningan, sampai hutan tropis yang lebat. Mirip kayak setting film dokumenter BBC Earth.

Dan yang gak boleh dilewatkan, budayanya. Aku sempat mampir ke Desa Takpala, desa adat suku Abui. Di sana, aku disambut dengan tarian tradisional dan sempat ngobrol sama bapak-bapak tetua adat. Bahasa mereka unik, logatnya beda, dan keramahan mereka itu tulus banget. Salah satu bapak bahkan ngasih aku sirih pinang sebagai tanda tamu. Rasanya? Ya… getir-manis-pahit gitu deh. Tapi maknanya dalam.

Apa yang Membuat Alor Disukai Banyak Orang?

Lucunya, Kepulauan Alor itu gak banyak promosi. Gak seheboh Labuan Bajo atau Raja Ampat. Tapi justru itu yang bikin banyak orang jatuh cinta: ketulusannya. Gak ada industrialisasi besar, belum terlalu ramai turis, dan semuanya masih terasa alami.

Kalau kamu suka diving atau snorkeling, Kepulauan Alor bisa bikin kamu ketagihan. Ada lebih dari 40 dive spots dengan visibilitas luar biasa. Salah satunya, Clown Valley—spot favoritku. Di sini kamu bisa lihat ribuan ikan nemo hidup di anemon warna-warni, dan itu cuma di kedalaman 5 meter. Bahkan tanpa diving, snorkeling aja udah bikin mata melek terus.

Selain itu, keramahan warga lokal juga jadi daya tarik utama. Aku sempat nginep di rumah warga (homestay sederhana di Kepulauan Alor Kecil), dan ibu rumah tangganya ngasih aku makan tiap sore. Gratis. Aku sampai gak enak sendiri, tapi kata beliau, “Kalau tamu datang, Tuhan juga datang.” Hati aku hangat banget dengernya.

Dan satu lagi yang gak bisa aku lupakan: tenun Alor. Kain tenun khas sini itu buatan tangan, motifnya punya cerita, dan warnanya kaya banget. Aku beli satu kain warna merah-hitam di Desa Monbang. Katanya itu motif “Bubu” yang berarti alat tangkap ikan—simbol kelimpahan. Waktu aku pakai ke Jakarta, banyak yang nanya itu beli di mana. Padahal belum tentu semua orang tahu Alor itu di mana, lho.

Cara Menuju Kepulauan Alor (Gak Seribet yang Orang Kira)

Menyelam di Alor, Ini 5 Situs Terbaiknya

Waktu aku bilang mau ke Kepulauan Alor , banyak yang komentar, “Wah, itu di mana sih?” atau “Harus naik kapal seminggu ya?”

Padahal gak juga. Kepulauan Alor itu udah bisa dijangkau dengan pesawat, dan prosesnya gak ribet asal kamu siapin dari awal.

Rute yang aku ambil waktu itu:

  • Jakarta – Kupang (pake pesawat, sekitar 2.5 jam)

  • Kupang – Kalabahi (Bandara Mali) (lanjut pesawat kecil sekitar 1 jam)

Maskapai yang biasa layani rute ini ada Wings Air atau TransNusa. Tapi ya, harus booking jauh-jauh hari, karena slot-nya terbatas dan cepet penuh, apalagi musim liburan.

Kalau kamu dari Bali, bisa juga Bali – Kupang – Kepulauan Alor , sama rutenya. Alternatif lain, kalau kamu suka petualangan laut, bisa naik kapal Pelni dari Kupang. Tapi ya siapin waktu 12-14 jam. Aku belum coba yang ini, tapi temenku pernah dan katanya seru.

Satu tips penting: bawa cash secukupnya. Di Alor, ATM gak banyak, dan kadang sinyal juga gak stabil. Jangan terlalu mengandalkan pembayaran digital. Aku pernah zonk karena warung makan gak terima QRIS, dan aku kehabisan cash. Untung ada bapak nelayan yang baik hati pinjamin dulu (dan aku gantiin pas balik ke kota).

Tips Praktis Buat yang Mau ke Alor

Nah ini bagian favoritku: tips dari pengalaman yang udah aku jalanin. Karena aku percaya, belajar dari pengalaman orang lain bisa menghemat waktu dan drama.

  1. Bawa sunblock dan topi lebar. Matahari di Kepulauan Alor ganas, bahkan buat yang biasa di pantai.

  2. Pakai sandal gunung. Jalanan ke beberapa spot wisata agak terjal, dan kamu pasti bakal trekking.

  3. Siapkan kamera underwater. Sayang banget kalau kamu cuma bawa HP biasa. Laut di sini beneran worth it buat diabadikan.

  4. Nginep di homestay lokal. Selain lebih murah, kamu bisa dapat cerita dan pengalaman langsung dari warga. Aku bahkan diajari masak ikan bakar pakai arang oleh ibu homestay.

  5. Pelajari sedikit Bahasa daerah. Kata “Tabe” artinya “permisi” atau “halo.” Coba ucapkan, pasti senyum mereka makin lebar.

  6. Jangan bawa pulang karang atau biota laut. Ini bukan cuma soal etika, tapi juga hukum. Alor sangat serius soal konservasi.

Dan paling penting: datang dengan hati terbuka. Alor bukan Bali. Fasilitasnya belum sekomplit itu, sinyal kadang ngadat, dan kamu mungkin harus mandi pakai gayung. Tapi itulah daya tariknya. Di Alor, kamu akan belajar untuk kembali ke dasar. Kembali ke keheningan. Kembali ke alam.

Daya Tarik Unik yang Jarang Diketahui Orang

Oke, kalau tadi aku udah bahas hal-hal umum, sekarang aku pengen spill beberapa daya tarik Alor yang jarang diangkat media besar:

1. Tradisi Barter di Pasar Tradisional

Aku sempat mampir ke pasar di Desa Likwatang, dan kaget banget waktu lihat beberapa orang masih barter barang, bukan jual beli uang. Misalnya, satu orang bawa ikan kering, ditukar dengan pisang atau sayur. Rasanya kayak mesin waktu—aku mundur ke masa lalu, dan itu real.

2. Musik Sasando dan Lagu Daerah

Walaupun Sasando lebih dikenal dari Rote, beberapa pemuda Alor juga memainkan alat ini di acara adat. Pas aku duduk di bawah pohon sambil dengar mereka mainkan lagu-lagu tradisional, rasanya adem banget. Kayak disayang semesta.

3. Kuliner Laut Super Segar

Coba deh makan ikan bakar sambal lu’at langsung di pinggir laut. Segarnya beda. Lu’at itu sambal khas Alor dari cabai, jeruk lokal, dan daun kemangi. Rasanya… seger, pedes, dan bikin nagih.

Pelajaran yang Aku Petik dari Alor

Satu hal yang aku pelajari dari Kepulauan Alor adalah: keindahan itu gak harus diramaikan, cukup dihargai dan dijaga.

Kepulauan Alor ngajarin aku tentang kesederhanaan yang dalam. Tentang bagaimana masyarakat hidup berdampingan dengan alam, bukan menaklukkannya. Dan tentang bagaimana kita, manusia kota yang sering ribut sendiri, bisa belajar untuk diam sejenak dan melihat sekeliling.

Aku pulang dari Kepulauan Alor bukan cuma bawa foto-foto bagus, tapi juga perasaan penuh. Penuh kagum. Penuh syukur. Dan penuh rindu buat balik lagi.

Baca juga artikel menarik lainnya tentang Pantai Green Bowl: Surga Tersembunyi Bali yang Nggak Boleh Terlewatkan! disini