Ada satu momen dalam hidup saya yang sampai sekarang sulit dilupakan: ketika pertama kali mencicipi Bandeja Paisa di sebuah restoran Kolombia kecil di Bogotá. Bayangkan sepiring besar penuh makanan — nasi putih hangat, kacang merah gurih, daging sapi cincang, telur mata sapi, pisang goreng manis, alpukat segar, dan chicharrón (kulit babi goreng renyah) yang aromanya saja sudah bikin lapar sebelum sampai di meja. Saat itu saya berpikir, “Ini bukan cuma makanan, ini pesta di atas piring!”
Sejak saat itu, saya jadi penasaran. Apa sebenarnya makna di balik Bandeja Paisa, dan kenapa makanan ini begitu ikonik di Kolombia? Dalam tulisan ini, saya ingin berbagi kisah tentang pengalaman pribadi menikmati hidangan ini, sejarahnya, bahan-bahan unik yang membentuk cita rasanya, dan kenapa hidangan ini bisa menjadi simbol kebanggaan nasional Kolombia.
Awal Pertemuan dengan Bandeja Paisa

Saya masih ingat dengan jelas hari itu. Udara Bogotá cukup sejuk, sekitar 18 derajat Celcius. Di luar, hujan tipis turun membasahi trotoar. Saya sedang mencari makan siang setelah mengikuti kegiatan seminar pendidikan di universitas setempat. Seorang teman lokal bernama Camila merekomendasikan sebuah restoran bernama El Ranchito Paisa.
Begitu masuk, aroma masakan Kolombia langsung menyapa hidung: campuran kacang yang direbus lama, daging yang digoreng, dan aroma nasi yang baru matang. Camila tersenyum dan berkata,
“Kamu belum benar-benar ke Kolombia kalau belum makan Bandeja Paisa.”
Saya memesan satu porsi, tanpa tahu seberapa besar porsinya. Ketika makanan itu datang, saya hampir tertawa. Piringnya begitu besar — mungkin lebih cocok disebut nampan daripada piring biasa. Tak heran hidangan ini dinamai Bandeja, yang berarti “nampan” dalam bahasa Spanyol.
Asal-Usul Bandeja Paisa
Bandeja Paisa berasal dari wilayah Antioquia, sebuah daerah pegunungan di Kolombia yang terkenal dengan penduduknya yang disebut Paisas. Wilayah ini meliputi kota Medellín dan sekitarnya. Orang-orang Paisa dikenal rajin, pekerja keras, dan memiliki hubungan erat dengan tanah tempat mereka tinggal.
Awalnya, Bandeja Paisa bukanlah hidangan mewah. Justru, ia lahir dari kebutuhan akan energi besar bagi para pekerja pertanian dan peternakan di pegunungan. Para petani butuh makanan yang padat kalori, bergizi, dan bisa mengenyangkan seharian. Karena itu, isi Bandeja Paisa sangat beragam dan penuh protein — nasi, kacang, daging, telur, dan pisang goreng Wikipedia.
Uniknya, hidangan ini juga mencerminkan sejarah Kolombia yang penuh perpaduan budaya. Ada pengaruh Spanyol dari nasi dan chorizo (sosis), unsur Afrika dari cara menggoreng kulit babi, serta sentuhan penduduk asli dari penggunaan kacang dan pisang. Semua berpadu menjadi satu dalam sepiring besar kebahagiaan.
Isi Sepiring Bandeja Paisa: Simfoni Rasa yang Lengkap
Sekilas, Bandeja Paisa tampak seperti hidangan sederhana. Tapi kalau diperhatikan, setiap komponennya punya peran penting. Berikut isi klasik dari satu porsi lengkap:
Nasi putih hangat – Sebagai dasar yang menyeimbangkan rasa dari semua lauk.
Kacang merah (Frijoles rojos) – Direbus lama dengan bumbu khas hingga lembut dan gurih.
Daging sapi cincang (Carne molida) – Dimasak tumis dengan bawang, tomat, dan rempah.
Chicharrón – Kulit babi goreng kering dan renyah, memberi tekstur kontras yang memanjakan.
Telur mata sapi – Biasanya diletakkan di atas nasi, kuningnya mengalir lembut saat dipecah.
Pisang goreng (Plátano maduro frito) – Menambah rasa manis alami di tengah gurihnya daging.
Alpukat segar – Memberi kesegaran dan rasa lembut di setiap suapan.
Arepa (roti jagung pipih) – Roti khas Kolombia yang menjadi teman wajib setiap hidangan.
Chorizo (sosis pedas Kolombia) – Menambah aroma dan rasa pedas yang menggugah.
Beberapa variasi modern juga menambahkan babi panggang, salad kecil, atau saus hogao, yaitu saus tomat dan bawang khas Kolombia.
Saya pribadi jatuh cinta pada kombinasi rasa manis dari pisang goreng dan gurihnya kacang rebus. Saat disatukan dengan nasi dan telur, rasanya benar-benar seimbang. Tidak berlebihan kalau orang Kolombia menyebutnya “hidangan kebanggaan bangsa.”
Pengalaman Menyantap Bandeja Paisa di Medellín
Beberapa hari kemudian, saya berkesempatan mengunjungi Medellín, kota yang dianggap sebagai jantung budaya Paisa. Di sinilah saya merasakan versi paling autentik dari Bandeja Paisa.
Saya mampir ke sebuah restoran keluarga bernama La Hacienda Paisa. Pemiliknya, seorang pria tua bernama Don Jorge, bercerita sambil tersenyum bangga,
“Resep ini diwariskan dari nenek moyang kami. Dulu, petani membawa semua bahan dari ladang dan memasaknya bersama di rumah. Setiap komponen punya arti: nasi melambangkan hasil bumi, daging melambangkan tenaga, dan kacang melambangkan kebersamaan.”
Saya duduk di dekat jendela yang menghadap pegunungan. Saat piring besar itu tiba, saya bisa melihat seolah seluruh kehidupan pedesaan Kolombia tersaji di depan mata. Tidak hanya lezat, tapi penuh makna.
Makna Budaya di Balik Bandeja Paisa
Di Kolombia, Bandeja Paisa bukan sekadar makanan. Ini adalah identitas nasional. Banyak warga Kolombia mengatakan bahwa “jika kamu ingin memahami semangat orang Paisa, makanlah Bandeja Paisa.”
Hidangan ini sering disajikan dalam acara keluarga, perayaan, atau bahkan sekadar makan siang bersama teman. Filosofinya sederhana: berbagi makanan besar bersama orang-orang yang kamu cintai. Tak jarang, satu porsi besar Bandeja Paisa bisa dinikmati dua hingga tiga orang.
Dalam konteks sosial, makanan ini juga menjadi simbol kebersamaan. Setiap bahan mencerminkan nilai kerja keras, kesederhanaan, dan rasa syukur terhadap hasil alam. Saya pribadi merasa bahwa makan Bandeja Paisa bukan hanya mengisi perut, tapi juga belajar tentang cara hidup masyarakat Kolombia yang penuh kehangatan.
Resep dan Cara Membuat Bandeja Paisa di Rumah

Setelah kembali ke Indonesia, rasa penasaran saya belum hilang. Saya pun mencoba membuat versi sederhana Bandeja Paisa di rumah. Memang tidak mudah mencari semua bahan, tapi beberapa bisa diganti dengan bahan lokal.
Berikut resep versi rumahan yang bisa dicoba:
Bahan utama:
2 cangkir nasi putih
1 cangkir kacang merah (rendam semalaman)
200 gram daging sapi cincang
2 potong chicharrón atau kulit babi goreng (bisa diganti daging ayam renyah)
2 butir telur
1 buah pisang matang (digoreng)
1 buah alpukat matang
1 lembar arepa atau roti jagung pipih (bisa diganti tortilla)
1 batang sosis (lebih baik chorizo)
Minyak goreng, garam, dan lada secukupnya
Cara membuat:
Rebus kacang merah dengan bawang putih dan sedikit garam hingga empuk.
Tumis daging sapi cincang dengan bawang, tomat, dan rempah hingga matang.
Goreng chicharrón atau kulit babi hingga renyah.
Goreng pisang hingga kecokelatan.
Goreng telur mata sapi dengan kuning yang masih lembut.
Siapkan nasi putih panas, lalu tata semua bahan di atas piring besar.
Tambahkan irisan alpukat dan arepa di sampingnya.
Mudah bukan? Walau tidak 100% autentik, versi ini tetap menghadirkan harmoni rasa khas Kolombia di meja makan.
Bandeja Paisa dalam Dunia Modern
Meski lahir dari akar pedesaan, Bandeja Paisa kini telah menembus restoran modern di seluruh dunia. Dari Miami, Madrid, hingga Tokyo, banyak restoran Latin memasukkan hidangan ini ke dalam menu mereka.
Beberapa chef bahkan mencoba membuat versi lebih sehat — mengganti chicharrón dengan ayam panggang, atau mengganti nasi putih dengan quinoa. Namun, tetap saja, bagi orang Kolombia sejati, Bandeja Paisa klasik adalah yang paling otentik.
Di era media sosial, hidangan ini juga populer di Instagram dan TikTok. Banyak food blogger dan traveler mencantumkan Bandeja Paisa sebagai “must-try dish” ketika berkunjung ke Kolombia. Dan memang benar, sulit rasanya tidak jatuh cinta pada keindahan visual dan aroma yang menggoda.
Baca fakta seputar : Culinary
Baca juga artikel menarik tentang : Lapis Legit Keju: Perpaduan Manis dan Gurih yang Bikin Ketagihan

