Menu Sidebar Widget Area

This is an example widget to show how the Menu Sidebar Widget Area looks by default. You can add custom widgets from the widgets in the admin.

Pulau Kemaro

Pulau Kemaro Kalau ada satu tempat di Indonesia yang bikin aku jatuh cinta pada pandangan pertama—bukan karena orangnya, tapi karena auranya—Pulau Kemaro pasti masuk top list. Serius, waktu pertama kali ke sana, aku nggak nyangka bakal segitu terpesonanya sama satu wikipedia pulau kecil di tengah Sungai travel Musi, Palembang.

Iya, di tengah sungai! Bukan di laut, bukan di danau. Di sungai. Aneh tapi nyata, dan justru itu yang bikin pengalaman ini makin unik.

Pertama Kali Dengar Tentang Pulau Kemaro

Aku dengar tentang Pulau Kemaro itu waktu lagi ngopi bareng teman lama yang kerja di Palembang. Dia bilang, “Kalau ke sini nggak mampir ke Pulau Kemaro, ya kayak makan pempek tapi lupa cuka.” Agak lebay sih, tapi cukup bikin aku penasaran.

Pulau Kemaro

Dia cerita soal legenda cinta antara Siti Fatimah dan Tan Bun An. Semacam kisah Romeo dan Juliet versi lokal, tapi lebih ‘lokal rasa internasional’ karena ada sentuhan Tiongkok di dalamnya. Dan katanya, makam mereka ada di sana. Nggak cuma cerita cinta tragis, tapi juga ada pagoda setinggi 9 lantai yang berdiri megah.

Perjalanan Menuju Pulau Kemaro: Naik Perahu di Sungai Musi

Hari itu panas banget, matahari Palembang kayak lagi overachieve. Tapi niat udah bulat. Dari Benteng Kuto Besak, aku naik perahu kecil bareng dua traveler lain. Harga sewanya? Tergantung nego sih, tapi waktu itu sekitar 100-150 ribu PP, bisa patungan. Gak mahal kalau rame-rame.

Selama 30 menit nyusurin Sungai Musi, suasananya adem meski matahari terik. Kadang ada kapal tongkang lewat, kadang ada burung-burung beterbangan rendah di atas air. Romantis? Lumayan, kalau aja nggak bareng dua cowok asing yang sibuk selfie terus, haha.

Begitu sampai di Pulau Kemaro, perasaan kayak masuk dunia lain. Serius. Langsung disambut gapura besar warna merah mencolok, dan suasana Tionghoa langsung terasa dari desain arsitekturnya.

Pagoda 9 Lantai: Ikon Pulau Kemaro

Yang pertama langsung menarik perhatianku tentu saja si pagoda raksasa itu. Tingginya 9 lantai, dan warnanya ngejreng merah kuning—kontras banget sama hijau pepohonan dan birunya langit hari itu. Katanya sih pagoda ini dibangun untuk merayakan persaudaraan Tionghoa-Palembang.

Tapi jangan berharap bisa naik sampai atas ya. Waktu aku ke sana, pagodanya ditutup untuk umum. Alasannya? Katanya biar nggak rusak dan demi keamanan. Jadi cuma bisa foto-foto dari bawah sambil ngebayangin pemandangan dari lantai 9 kayak gimana.

Ada juga taman kecil di sekitar pagoda. Banyak patung-patung ala Tiongkok, termasuk shio 12 zodiak China. Aku yang shio Ular, sempat senyum-senyum sendiri waktu nemu patungnya. Temenku yang shio Kuda malah bilang, “Lihat deh, itu kamu, lelet tapi beracun.” Hmm, makasih ya.

Makam Cinta: Legenda Siti Fatimah dan Tan Bun An

Setelah puas ngelilingin pagoda dan taman, aku jalan ke satu area tenang di dekat belakang pulau. Di sanalah tempat paling “sunyi tapi dalam”—makam dari dua tokoh legenda yang bikin Pulau Kemaro jadi terkenal.

Ceritanya begini: Tan Bun An, seorang saudagar Tiongkok, jatuh cinta pada putri Palembang bernama Siti Fatimah. Mereka mau nikah, tapi tragedi terjadi saat Tan Bun An mengira dirinya dihina karena membawa hadiah kosong (yang ternyata berisi emas tersembunyi dalam sawi). Akhirnya dia bunuh diri, lalu Siti Fatimah pun ikut terjun ke sungai sambil bilang, “Kalau kalian cinta, jangan pisahkan aku darinya.”

Aduh. Meleleh juga hatiku dengar cerita itu, meskipun udah diceritain berulang-ulang sama pemandu wisata. Tetap aja terasa mengharukan. Kayak… cinta yang melampaui logika dan hidup.

Apa Aja yang Bisa Dilakuin di Pulau Kemaro?

Pulau Kemaro

Jujur, Pulau Kemaro tuh kecil. Nggak banyak atraksi yang bikin kita keliling seharian. Tapi justru itu nilai plusnya. Tempat ini cocok buat yang butuh momen tenang dan reflektif.

Beberapa hal yang aku lakuin waktu di sana:

  • Ngopi santai di bawah pohon beringin tua yang katanya “pohon cinta”. Banyak pasangan yang duduk di sana, mungkin biar langgeng, hehe.
  • Jajan es kelapa dari ibu-ibu lokal yang ramah banget. Rasanya? Sejuk dan manis, cocok buat ngelepas dahaga setelah muter-muter.
  • Foto-foto instagramable. Spot paling kece menurutku tuh di sudut pagoda pas sore hari, waktu sinar matahari mulai turun dan warnanya keemasan.
  • Ngobrol sama warga lokal. Ada yang cerita kalau waktu Cap Go Meh, pulau ini rame banget. Kadang ada barongsai, atraksi naga, sampai festival lampion malam hari.

Tips Praktis Kalau Mau ke Pulau Kemaro

Nah, biar kamu gak kebingungan dan bisa menikmati trip ke Pulau Kemaro kayak aku, ini beberapa tips based on pengalaman pribadi (dan juga beberapa kesalahan kecil yang aku buat).

  1. Datang pagi atau sore hari. Siang itu panas banget, dan nggak banyak tempat berteduh.
  2. Bawa air minum sendiri. Kadang penjual belum buka, apalagi kalau kamu datang di luar hari libur.
  3. Gunakan topi atau payung. Jangan gengsi. Cuaca Palembang tuh bisa kejam kalau kamu gak siap.
  4. Negosiasi harga perahu. Jangan asal terima harga pertama, apalagi kalau kamu sendirian.
  5. Jangan buang sampah sembarangan. Ini pulau kecil, dan kebersihan benar-benar tergantung dari pengunjung.
  6. Datang saat Cap Go Meh kalau bisa. Aku belum pernah, tapi dari cerita warga, itu momen paling magis sepanjang tahun.

Momen Reflektif: Apa yang Aku Pelajari dari Pulau Kemaro

Kadang tempat itu bukan cuma sekadar tempat. Pulau Kemaro ngajarin aku banyak hal, terutama tentang bagaimana cerita—meski cuma legenda—bisa menghidupkan satu pulau kecil dan bikin orang datang dari seluruh penjuru dunia.

Pulau Kemaro

Aku belajar bahwa cinta itu memang bisa jadi hal paling indah sekaligus paling tragis. Tapi yang bikin cinta layak dikenang adalah bagaimana kita memperlakukannya. Mungkin karena itu, Siti Fatimah dan Tan Bun An tetap hidup lewat cerita, meskipun jasad mereka sudah lama menyatu dengan tanah.

Dan buatku pribadi, Pulau Kemaro jadi pengingat bahwa tempat tenang dan kecil pun bisa memberi pelajaran besar, asalkan kita mau berhenti sejenak, duduk di bawah pohon, dan mendengarkan.

Penutup: Worth It Gak Sih ke Pulau Kemaro?

Jawabannya: worth it banget, terutama kalau kamu suka wisata yang punya nuansa budaya, sejarah, dan aura “mistis-romantis” sekaligus. Nggak butuh waktu lama untuk menjelajahi pulau ini, tapi rasa yang ditinggalkan bisa bertahan lama.

Jadi, kalau kamu lagi di Palembang atau punya rencana ke sana, sempatkanlah untuk naik perahu ke tengah Sungai Musi dan temui sendiri cerita cinta abadi di Pulau Kemaro.

Baca Juga Artikel Ini: Pantai Ora: Bikin Jatuh Cinta: Tips, Rute, dan Pengalaman Pribadi yang Autentik