Menu Sidebar Widget Area

This is an example widget to show how the Menu Sidebar Widget Area looks by default. You can add custom widgets from the widgets in the admin.

Infinity Blade III

Jujur aja, waktu pertama kali saya main Infinity Blade III, rasanya kayak masuk ke dunia film fantasi yang saya bisa kendalikan sendiri. Musiknya megah, grafiknya gila-gilaan (apalagi untuk game mobile), dan setiap pertarungan itu bikin adrenalin naik.
Saya ingat, pas pertama ketemu musuh gede dengan armor penuh—saya pikir nggak mungkin bisa menang. Tapi begitu belajar pola serangan, mulai ngerti kapan harus menghindar dan kapan harus nyerang… itu kepuasan tersendiri. Rasanya kayak “Aha! Gue bisa nih!”.

Hal yang bikin saya betah main lama adalah flow-nya. Nggak ada momen terlalu membosankan. Bahkan farming item pun terasa rewarding.
Dan oh ya, cerita di Infinity Blade III itu nggak sekadar tempelan. Ada plot twist yang bikin saya mikir, “Loh, kok bisa gini?”—sesuatu yang jarang banget saya dapet di game mobile.

Apa yang Membuat Infinity Blade III Disukai?

Infinity Blade 3 III Gameplay on iOS (iPhone / iPad / iPod Touch) Full Game  Full HD (1080p)

Kalau dipikir-pikir, ada beberapa alasan kenapa game ini punya fanbase setia Wikipedia:

  • Grafik dan desain dunia yang memanjakan mata
    Bahkan setelah bertahun-tahun, visualnya masih keren. Armor, senjata, dan latar tempat terlihat detail banget.

  • Sistem pertarungan yang sederhana tapi dalam
    Swipe kiri-kanan buat nyerang, tap untuk block, swipe untuk dodge… gampang dipelajari tapi susah dikuasai.

  • Cerita yang nyambung dari seri sebelumnya
    Buat yang main dari Infinity Blade 1 dan 2, game ini jadi penutup kisah yang cukup epik.

  • Koleksi senjata dan upgrade karakter
    Ada kepuasan tersendiri saat berhasil dapat senjata langka, apalagi yang punya efek unik di pertarungan.

Saya pribadi suka banget sama bagaimana game ini bikin saya pengen balik lagi dan lagi. Ada perasaan “Cuma satu duel lagi deh…”—tapi ujung-ujungnya main sampai baterai habis.

Keunikan dari Infinity Blade III

Yang unik dari game ini adalah kombinasi antara gameplay sederhana, cerita dalam, dan visual setara konsol.
Banyak game mobile yang fokus ke satu aspek aja—entah itu grafis, atau gameplay, atau cerita. Tapi Infinity Blade III punya semuanya.

Selain itu, ada fitur dual karakter—kita bisa main sebagai Siris atau Isa, masing-masing punya gaya bertarung, senjata, dan perlengkapan berbeda. Jadi gameplay terasa lebih variatif.
Belum lagi Challenge Mode yang kadang bikin frustasi tapi juga memuaskan saat berhasil.

Oh, dan saya nggak bisa lupa soal ClashMob. Ini fitur multiplayer event yang dulu bikin komunitasnya aktif banget. Rasanya kayak kerja sama lawan bos gede yang mustahil kalau sendirian.

Tips Bermain Infinity Blade III

Dari pengalaman saya, ini beberapa tips yang lumayan membantu:

  1. Pelajari pola serangan musuh
    Jangan cuma spam serangan. Setiap musuh punya pattern, kalau hafal, peluang menang naik drastis.

  2. Gunakan elemen senjata yang tepat
    Musuh punya kelemahan tertentu—api, es, racun. Pilih senjata yang sesuai biar damage maksimal.

  3. Manfaatkan magic di waktu yang pas
    Jangan buang magic cuma buat nyicil darah musuh. Simpan buat momen kritis.

  4. Upgrade armor dan senjata secara seimbang
    Banyak yang fokus upgrade senjata doang, tapi armor juga penting biar nggak gampang tumbang.

  5. Sabar dan jangan buru-buru
    Kadang yang bikin kalah itu bukan musuhnya, tapi kita sendiri yang panik.

Saya pernah ngalamin kalah berkali-kali gara-gara nekat nyerang tanpa lihat stamina karakter. Setelah belajar sabar, kemenangan jadi lebih sering.

Tantangan dari Game Infinity Blade III

Infinity Blade 3 - Lelindre Fight

Meski saya cinta banget sama game ini, bukan berarti semua mudah.
Beberapa tantangan yang pernah bikin saya geregetan:

  • Musuh bos dengan serangan tak terduga
    Ada yang gerakannya super cepat, sampai susah dibaca.

  • Grinding untuk senjata langka
    Kadang drop rate-nya bikin nyesek. Main 1 jam nggak dapat apa-apa.

  • Mode New Game+
    Setelah tamat, musuh jadi lebih kuat dan butuh strategi baru.

  • Event terbatas waktu
    Kalau kelewatan, bisa kehilangan item eksklusif selamanya.

Tapi justru di situlah letak keseruannya. Kalau semuanya gampang, mungkin saya nggak akan main selama ini.

Senjata Favorit dan Kelebihannya

Salah satu hal paling bikin nagih di Infinity Blade III adalah ngumpulin senjata. Nggak cuma soal damage, tapi juga efek khususnya. Dari semua yang pernah saya pakai, ada beberapa favorit yang benar-benar bikin saya betah:

  1. Solar Trans
    Ini senjata tipe light weapon yang punya kecepatan serangan gila-gilaan. Cocok buat lawan musuh yang lambat, karena kita bisa spam serangan sebelum dia sempat balas.

  2. Dragoor Club
    Berat dan agak lambat, tapi sekali kena, musuh bisa langsung kehilangan setengah darah. Cocok buat musuh bos yang punya armor tebal.

  3. Infinity Blade (ya, senjata legendarisnya itu)
    Jujur, ini lebih ke simbol prestasi. Begitu punya, rasanya kayak “Oke, gue udah jadi petarung elite di dunia ini”.

  4. The Vile Axe
    Efek racunnya bikin musuh mati pelan-pelan meski kita berhenti nyerang.

Saya inget waktu pertama kali dapat senjata langka hasil farming berhari-hari, rasanya kayak menang undian. Serius, saya sampai screenshot dan pamer ke teman. Ya, walau dia cuma jawab “Nice” doang… tapi hati ini sudah senang.

Strategi Menghadapi Bos Sulit

Ada beberapa bos di Infinity Blade III yang benar-benar bikin saya hampir lempar HP (untung saya sayang HP). Berikut beberapa yang paling saya ingat:

  • Ausar the Vile
    Pola serangannya campuran antara cepat dan berat. Butuh waktu buat mengenali mana serangan yang bisa di-parry dan mana yang harus dihindari.

    Strategi saya:
    Gunakan senjata dengan efek stun dan fokus counter di momen dia menyerang pakai tebasan besar. Biasanya habis itu dia agak lama pulih.

  • God King
    Dia ini legenda dari seri pertama. Serangannya lambat tapi damage-nya brutal.

    Strategi saya:
    Main aman. Block serangan yang mudah ditebak, hindari yang cepat, dan jangan ragu pakai magic penyembuh.

  • Dragoor
    Ini naga, bos gede yang bikin banyak pemain menyerah.

    Strategi saya:
    Gunakan elemen es, karena dia lemah sama itu. Fokus serang bagian tubuh tertentu saat dia jatuh.

Bos-bos ini bikin saya sadar satu hal—di game ini, kesabaran itu senjata utama. Panik sedikit saja, tamat.

Momen Frustasi tapi Berharga

Kalau ngomong jujur, nggak semua pengalaman di Infinity Blade III itu manis. Ada saat-saat di mana saya pengen uninstall. Misalnya, waktu lagi farming item langka dan HP tinggal sedikit… eh malah salah geser dan kena serangan maut. Semua progres hilang. Rasanya pengen teriak.

Tapi justru dari momen kayak gini saya belajar dua hal:

  1. Jangan main sambil ngantuk (karena refleks jadi jelek)

  2. Selalu siapkan backup plan (punya potion cadangan atau upgrade minimal sebelum lawan bos)

Dan anehnya, setelah berhasil melewati kesulitan, rasa puasnya berlipat-lipat. Kayak makan mie instan setelah lapar seharian—simple, tapi nikmatnya luar biasa.

Kenapa Infinity Blade III Masih Relevan

Walaupun sekarang game ini udah nggak ada di App Store, pembicaraan tentang Infinity Blade III masih sering muncul di forum dan komunitas gamer. Menurut saya, ada beberapa alasan kenapa dia masih dikenang:

  • Standar grafis tinggi untuk ukuran game mobile
    Dulu, jarang banget ada game HP yang visualnya kayak game konsol.

  • Cerita yang punya penutup jelas
    Banyak game mobile yang tamatnya menggantung, tapi di sini ada rasa lega setelah menyelesaikan perjalanan.

  • Kombinasi gameplay, musik, dan dunia yang imersif
    Semua elemen nyatu dengan sempurna.

Saya bahkan pernah ketemu orang yang sengaja beli iPad lama cuma buat bisa mainin lagi. Itu bukti seberapa berkesannya game ini.

Baca juga artikel menarik lainnya tentang The White Door: Game Psikologis yang Bikin Merinding dan Nagih di Saat Bersamaan disini